Sabtu, 04 Desember 2010


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAGIAN I     : SEJARAH SINGKAT DAERAH RIAU
BAGIAN II    : KEPULAUAN RIAU
1.       PROVINSI KEPULAUN RIAU
2.      PEMERINTAHAN KABUPATEN DAN KOTA
3.      KONDISI GEOGRAFIS
4.      SUMBER DAYA ALAM
5.      POTENSI DAERAH KELAUTAN
6.      TRANSPORTASI.
BAGIAN III : ASAL MULA NAMA TEREMPAK
1.      BERDIRINYA KOTA TEREMPAK
2.      KUNJUNGAN ORANG – ORANG KERAJAAN JOHOR
a.       KEDATANGAN ORANG-ORANG BRUNAI
b.      TEMPAT PEMBUANGAN ORANG-ORANG JAMBI
c.       DAERAH KEKUASAAN JOHOR, PAHANG, RAIU DAN LINGGA
d.      MASUKNYA ORANG-ORANG SUKU MANTANG
e.       MASUKNYA SUKU BANGSA LAIN
BAGIAN IV : PERKAWINAN MENURUT ADAT MELAYU SIANTAN
1.      MERISIK
2.      MENGANTAR BELANJA
3.      BERSANDENG
4.      BERAMBEH
BAGIAN V    : SEJARAH KERAMAT PULAU SIANTAN
1.      KERAMAT PULAU SIANTAN
2.      MENDIRIKAN BENTENG PERTAHANAN.
3.      PEKERJAAN MERAMPOK TERHENTI.
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………….
RIWAYAT SINGKAT PENULIS…………………………………………………………….


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena hanya atas rahmat dan petunjuk-Nya saya dapat menyelesaikan penulisan  berupa Buku Sejarah Singkat Daerah Riau dan Kepulaun Riau ini. Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada :
-          Bapak Selamat Suandi/Sen-Sen selaku orang tua saya;
-          Bapak Bupati Kabupaten Anambas;
-          Bapak Camat Air Asuk Kabupaten Anambas;
-          Bapak-bapak/para guru SMP Negeri 2 Siantan, karena dari merekalah, saya mendapatkan sumber-sumber Sejarah  Keramat Pulau Siantan dan Asal Mula Nama Terempak;  
-          Brother Rikardo, yang telah memberikan motivasi kepada saya;
-          Lindawati/ Gan Ellen Anambas, yang telah memberikan semangat dan inspirasi yang begitu besar kepada saya;
-          Saudara Donni Ranap Martogi Manalu.SH yang telah memberikan opini-opini Penyusunan buku ini kepada saya,
-          Saudara Heru S.S.n yang telah membantu saya untuk mendisain buku ini,
-          Dan teman-teman yang telah membantu saya dalam iringan do’a.
Kecamatan Siantan terletak dalam gugusan kepulauan Anambas dan bagian dari
Pulau Tujuh dengan “Ibu Kota Terempak”, pada zaman dahulu kala kota terempa merupakan pusat pemerintahan kewedanaan pulau tujuh yang dipimpin oleh “Wedana”. Penduduk Kecamatan Siantan terdiri dari beraneka suku bangsa, dan diantara sekian banyak suku bangsa, suku melayu menempati tempat teratas atau mayoritasnya. Secara universal suku melayu mempunyai kebudayaan yang sama, akan tetapi ada beberapa kebudayaan atau budaya suku melayu tidak sama antara satu daerah dengan daerah lainnya, ini sesuai dengan kondisi objektif dimana suku melayu itu bertempat tinggal.
Tulisan sejarah ada kalanya memiliki kesalahan atau kelemahan. hal itu memang lumrah terjadi, apalagi bila penulisan sejarah itu dilakukan oleh orang awam seperti saya. Hal ini antara lain terjadi dalam buku Sejarah Keramat Pulau Siantan dan Asal Mula Nama Terempak. Sebagai  sumber-sumbernya saya kutip dari buku Bapak Muhammad Thalib yang berjudul “Percikan Sejarah Riau” yang bersumber dari “Kitab Silsilah Melayu Bugis”, karangan Raja Ali Haji (pengarang “Gurindam Dua Belas”), Bapak Hasan Yunus “Sejarah Ringkas Daerah Riau dan Namanya”, SMP NEGERI 2 SIANTAN “Sejarah keramat Pulau Siantan”, Asal mula Nama Terempak”, dan “ Perkawinan Menurut Adat Melayu Siantan”; Wawancara dengan Bapak Posan Pulau Tanjung Lambai dan Almarhum Bapak Kade Desa Air Nangak pada tahun 2003-2004.
Saya sebagai penulis/Pengutip buku ini mengharapkan agar masyarakat Kabupaten Anambas tidak lupa dengan budaya-budaya yang telah ditinggalkan oleh para leluhur kita.
Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya. Akhir  kata, saya ucapkan banyak terima kasih kepada Guru Besar Bapak Muhammad Thalib dan Guru Besar Raja Ali Haji (“Gurindam Dua Belas”) yang sebesar-besarnya.Terima kasih.
Jakarta, 4 januari 2007

                                                                              LIONARDO











 Hasil kajian Hasan Junus, seorang peneliti naskah Melayu di Riau mencatat paling kurang ada 3 kemungkinan asal nama Riau. Pertama troponomi Riau berasal dari penamaan orang portugis dengan kata Rio yang berarti sungai. Kedua mungkin berasal dari tokoh sinbad Al-bahar dalam kitab Alfu Laila Wa laila (seribu satu malam) yang menyebut Riahi,yang berarti air atau laut. Yang ke dua ini pernah di kemukakan oleh Oemar amin Husin. Seorang tokoh masyarakat dan pengarang Riau dalam salah satu pidatonya mengenai terbentuknya propinsi Riau. Yang ketiga berasal dari penuturan masyarakat setempat.

            Di angkat dari kata Rioh atau Riuh, yang berarti ramai,Hiruk pikuk orang bekerja. Nama Riau yang berasal dari penuturan orang melayu setempat, kabarnya ada hubungannya dengan peristiwa didirikannnya negeri baru di sungai Carang, Untuk dijadikannya pusat kerajaan. Hulu sungai inilah yang kemudian bernama Ulu Riau. Adapun peristiwa itu kira-kira mempunyai teks sebagai berikut:

            Tatkala perahu-perahu dagang yang semula pergi ke makam Tuhid (ibu kota kerajaan johor) di perintahkan membawa barang dagangannya ke sungai Carang di pulau Bintan (suatu tempat Sedang didirikan negeri baru) di muara sungai itu mereka kehilangan arah. Bila ditanyakan kepada awak-awak perahu yang hilir, “ dimana tempat orang-orang raja mendirikan negeri ?” mendapat jawaban “Di sana di tempat yang rioh”, Sambil mengisaratkan ke hulu sungai menjelang sampai ketempat yang di maksud jika di tanya ke mana maksud mereka, selalu mereka jawab “mau ke rioh”
            Berdasarkan beberapa keterangan di atas maka nama Riau besar kemungkinan memang berasal dari penamaan rakyat setempat, yaitu orang melayu yang hidup di daerah Bintan. Nama itu besar kemungkinan telah mulai terkenal semenjak Raja kecik memindahkan pusat kerajaan melayu dari johor ke ulu Riau pada tahun 1719. Setelah itu nama ini di pakai sebagai salah satu negeri dari 4 negeri utama yang membentuk kerajaan Riau, Linggar, Johor dan pahang,. Kemudian dengan perjanjian London 1824 antara Belanda dengan Inggris, kerajaan ini terbelah dua.
            Belahan Johor, Pahang berada di bawah pengaruh Inggris,Sedangkan belahan Riau-Lingga berada dibawah pengaruh Belanda. Dalam Zaman Penjajahan belanda 1905-1942 nama Riau di pakai untuk sebuah keresidenan yang daerahnya meliputi kepulauan Riau serta Pesisir timur sumatera bagian tengah. Demikian juga dalam zaman Jepang relatif masih di pertahankan. Setelah propinsi Riau terbentuk tahun 1958, Maka nama itu di samping di pergunakan pula untuk nama sebuah propinsi yang penduduknya dewasa itu sebagian besar terdiri dari orang melayu.
            Propinsi Riau yang didiami oleh sebagian puak Melayu dewasa ini masih dapat di telusuri ke belakang,Mempunyai suatu perjalanan yang cukup panjang. Riau yang daerahnya meliputi Kepulauan Riau sampai Pulau tujuh dilaut Cina selatan lalu kedaratan Sumatera meliputi daerah aliran sungai dari Rokan sampai Kuantan dan Inderagiri.
            Sebenarnya juga telah pernah di rintis oleh sang Sapurba, seorang diantara raja-raja Melayu yang masih punya kerinduan terhadap kebesaran Melayu sejak dari Sri Wijaya sampai Malaka. Seperti di ceritakan dalam sejarah Melayu (Sulalatus Salatin) dalam cerita yang kedua, sang Sapurba telah mencoba menyatukan daerah Bintan (kepulauan Riau) dengan Kuantan di belahan daratan Sumatera. Kemudian Raja Kecil juga punya ambisi untuk menyatukan daerah Selat Melaka itu dengan Siak di belahan Sumatera. Yang terakhir Raja Haji Fisabilillah mencoba menyatukan daerah kepulauan Riau dengan Inderagiri, Diantaranya Pekan Lais.
            Pembentukan Provinsi Riau telah memerlukan Waktu paling kurang 6 tahun, Yaitu dari tahun 1952 sampai 1958. Usaha pembentukan propinsi ini melepaskan diri dari propinsi Sumatera Tengah (Yang meliputi Sumatera Barat, jambi dan Riau ) di lakukan di tingkat DPR  pusat oleh ma’rifat Marjani, Dengan dukungan penuh dari seluruh penduduk Riau.
            Pembentukan Propinsi ini telah di tetapkan dengan undang-undang darurat No 19/1957 yang kemudian di undangkan dengan Undang-Undang No 61 tahun 1958. Propinsi Riau ini merupakan gabungan dari sejumlah kerajaan Melayu yang pernah berdri di rantau ini, diantaranya ialah kerajaan Inderagiri (1658-1838), Kerajaan Siak (1723-185 Kerajaan Pelalawan (1530-1879), Kerajaan Riau-Lingga (1824-1913) dan banyak lagi kerajaan kecil lainnya,Seperti Tambusai, Rantau Binuang Sakti, Rambah, Kampar dan Kandis (Rantau Kuantan).
            Dalam Sejarahnya , daerah Riau pernah menjadi penghasil berbagai hasil bumi dan barang lainnya. Pulau Bintan pernah di juluki sebagai pulau seganteng lada, karena banyak menghasilkan Lada. Daerah Pulau tujuh, terutama pulai Midai pernah menjadi penghasil Kopra terbesar di Asia tenggara,paling kurang sejak tahun 1906 sampai tahun 1950-an. Bagan siapi-api sampai tahun 1950-an adalah penghasil ikan terbesar di Indonesia, Batu bata yang di buat perusahaan raja Aji kelana di pulau Batam,pasarannya mencapai Malaysia sekarang ini. Kemudian dalam bidang penghasil karet alam, dengan sisitem kupon tahun 1930-an belahan daratan seperti Kuantan,Inderagiri dan kampar juga daerah yang amat potensial.

·  Kepulauan Riau, termaktub dalam UU No. 12 tahun 1956 (L. Negara tahun 1956 No.25)












PROVINSI KEPULAUAN RIAU
Kepulauan Riau adalah sebuah provinsi di Indonesia. Provinsi Kepulauan Riau berbatasan dengan Vietnam dan Kamboja di sebelah utara; negara Malaysia dan Provinsi Kalimantan Barat di timur; Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan Jambi di selatan; Negara Singapura, Malaysia, dan Provinsi Riau di sebelah barat.
Secara keseluruhan Wilayah Kepulauan Riau terdiri dari 4 Kabupaten dan 2 Kota, 47 Kecamatan serta 274 Kelurahan/Desa dengan jumlah 2.408 pulau besar dan kecil dimana 30% belum bernama dan berpenduduk. Adapun luas wilayahnya sebesar 252.601 Km2, di mana sekitar 95% - nya merupakan lautan dan hanya sekitar 5% merupakan wilayah darat.
A.    Sejarah
Provinsi Kepulauan Riau merupakan provinsi baru hasil pemekaran dari provinsi Riau. Provinsi Kepulauan Riau terbentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 25 tahun 2002 merupakan Provinsi ke-32 di Indonesia yang mencakup Kota Tanjungpinang, Kota Batam, Kabupaten Bintan, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, Kabupaten Kepulauan Anambas dan Kabupaten Lingga.

B.     Pemerintahan Kabupaten dan Kota

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/1/15/Kota_bestari_Tanjung_Pinang.JPG/180px-Kota_bestari_Tanjung_Pinang.JPG
http://id.wikipedia.org/skins-1.5/common/images/magnify-clip.png
Ibukota Provinsi di kota Tanjung Pinang
Kabupaten/Kota
Ibu kota
1
2
3
4
Daik, Lingga
5
6
-
7
-


C.    Kondisi Geografis

Secara geografis Provinsi Kepulauan Riau berbatasan dengan negara tetangga yaitu Singapura, Malaysia, dan Vietnam yang memiliki luas wilayah 251,810,71 km dengan 96 persennya adalah perairan dengan 1350 pulau besar dan kecil telah menunjukkan kemajuan dalam penyelenggaraan kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan. Ibukota Provinsi Kepulauan Riau berkedudukan di Tanjung Pinang. Provinsi ini terletak pada jalur lalu lintas transportasi laut dan udara yang strategis dan terpadat pada tingkat internasional, serta pada bibir pasar dunia yang memiliki peluang pasar.

D.    Sumber daya alam

Kepri memiliki potensi sumber daya alam mineral dan energi yang relatif cukup besar dan bervariasi baik berupa bahan galian A (strategis) seperti minyak bumi dan gas alam, bahan galian
B (vital) seperti timah, bauksit, dan pasir besi, maupun bahan galian golongan C seperti granit, pasir, dan kuarsa.

E.     Potensi Daerah Kelautan

Sebagai Provinsi Kepulauan, wilayah ini terdiri atas 96 % lautan. Kondisi ini sangat mendukung bagi pengembangan usaha budidaya perikanan mulai usahapembenihan sampai pemanfaatan teknologi budidaya maupun penangkapan. Di Kabupaten Karimun terdapat budidaya Ikan kakap, budidaya rumput laut, kerambah jaring apung. Kota Batam, Kabupaten Bintan, Lingga dan Natuna juga memiliki potensi yang cukup besar dibidang perikanan. Selain perikanan tangkap di keempat Kabupaten tersebut, juga dikembangkan budidaya perikanan air laut dan air tawar. Di kota Batam tepatnya di Pulau Setoko, bahkan terdapat pusat pembenihan ikan kerapu yang mampu menghasilkan lebih dari 1 juta benih setahunnya.



F.     Transportasi
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/a/a2/Telaga_Punggur%2C_Batam.JPG/180px-Telaga_Punggur%2C_Batam.JPG
http://id.wikipedia.org/skins-1.5/common/images/magnify-clip.png
Kapal speedboat yang menghubungkan pulau Batam (pelabuhan Telaga Punggur) dan pulau Bintan
Sistem transportasi yang terdapat di provinsi ini sangat beragam, sesuai dengan kondisi alam dan jarak antar wilayahnya. Adapun jenis transportasi yang terdapat di provinsi ini adalah:
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/a/ac/Bandar_Udara_Hang_Nadim.JPG/180px-Bandar_Udara_Hang_Nadim.JPG
http://id.wikipedia.org/skins-1.5/common/images/magnify-clip.png
Transportasi laut
  • Perahu motor kecil (pompong): banyak digunakan oleh masyarakat di kawasan pesisir (hinterland)
  • Kapal ferry (MV): merupakan transportasi utama antar kota (Tanjungpinang - Batam - Karimun - Lingga)
  • SpeadBoat : transportasi boat cepat, biasa digunakan masyarakat untuk tujuan Tanjungpinang - Lobam - Batam
  • KM. Perintis: merupakan salah satu transportasi laut menuju ke dan dari kab. Natuna










ASAL MULA NAMA “TEREMPA”
Pangeran Merta mengemukakan usul yaitu dengan jalan merempak batu diantara kedua tempat tersebut.mana diantara kedua tempat tersebut yang batunya dapat dirempak, disitulah nanti akan dibuka Negeri. Lalu diadakanlah pengujian merempak batu itu.
Berangkatlah mereka ke Teluk Antang untuk merempak batu ditelik ini. Rupanya batu-batu ditempat tersebut tidak dapat dirempak oleh pangeran marta dan Datuk kaye Dewa perkase, pergilah mereka ke teluk yang banyak ditumbuhi pohon-pohon bakau untuk merempak batu.
Dalam pengujian itu ternyata batu yang menyebabkan terkandasnya sampan Pangeran Marta dan Datuk Kaye Dewa Perkase dapat dirempak, lalu disitulah keputusan bahwa diteluk itu akan dibuka Negeri baru sesuai dengan usul Pangeran Marta.
Penjelasan :
Adapun perkataan Rempak itu menjadi kata-kata daerah dari penduduk daerah itu yaitu Rempak atau Empak-empak artinya pun sama dengan arti tersebut diatas yaitu mengunyah dengan gigi. Mengenai batu yang dirempak itu masih diperkirakan ada sampai sekarang letaknya ditepi sungai dekat SMP Negeri 2 Terempa sekarang ini dan sebagai tandanya oleh orang-orang dahulu ditanamlah sebuah pohon kabu-kabu ( KAPAK) didekat batu itu. Tahun berapa dan siapa yang menanam pohon kabu-kabu itu tidaklah dapat diketahui, sedangkan sungai yang dimaksud adalah sungai yang dinamakan dengan Sungai Sugi sekarang.
Setelah berhasil menemukan daerah untuk dijadikan Negeri baru pulanglah Datuk Kaye Dewa Perkase dan Pangeran Marta ke gunung Kute.
Begitulah selalu dijawab oleh penduduk daerah Gunung Kute jika ada yang mau pergi ke teluk itu yaitu dengan jawaban hendak pergi kebatu Terempak. Dari asal kata Terempak itulah yang telah mengalami perubahan-perubahan ucapan namanya yang menjadi TEREMPA.
Disamping itu sampai sekarang selalu kita dengar cerita tentang orang-orang kebal, orang kuat yang dapat memecahkan batu, membengkokkan besi dan lain-lain. Orang-orang dahulu memang terkenal gagah perkasa serta sakti.

A.BERDIRINYA KOTA TEREMPA
Setelah sekian hari ekspedisi itu mereka lalui, maka pada suatu hari bertemulah mereka dengan suatu teluk yang terdapat sungai yang cukup luas yang bisa dilalui oleh sampan-sampan kecil.
Amat senanglah hati mereka karena telah menemukan suatu lokasi baru yang mana lokasi itu telah berhari-hari mereka cari. Merekapun masuk dan mendarat ketempat yang baru mereka temui itu. Tempat itu adalah teluk Antang sekarang ini.
Merekapun mulailah beruding utnuk memilih lokasi mana yang lebih baik dan pantas dijadikan tempat permukiman mereka nanti. Dari hasil perundingan itu mereka memutuskan utnuk mencari lokasi yang lain yang mungkin lebih baik dari tempat yang ada sekarang (Teluk Antang).
Setelah bulat kata mufakat merekapun mulailah meneruskan perjalanan untuk mencari lokasi baru yang cocok bagi mereka untuk dijadikan pemukiman. Akhirnya ditemukanlah sebuah teluk yang agak luas dan sungainya lebar dibandingkan dengan teluk antang yang mereka temui, teluk yang baru ditemukan itu ialah teluk Terempa sekarang ini.
Setelah ditemukan tempat baru itu yaitu teluk Terempa, timbul pula dua pendapat tentang tempat yang akan diadakan tempat tinggal mereka. Pendapat yang pertama menginginkan teluk antang yang dijadikan tempat tinggal, sedangkan pendapat yang kedua menginginkan teluk terempa lah yang baik untuk dijadikan tempat tinggal.
Untuk menentukan atau memilih tempat yang terbaik untuk dijadikan pemukiman, maka diadakan suatu sayembara pertandingan makan batu (mengempak/menggigit batu) yang ada di teluk antang dengan batu yang ada diteluk terempa, dengan syarat apabila batu yang ada diteluk antang yang dapat diempak/digigit maka teluk antanglah sebagai pemenangnya dan disanalah akan diadakan daerah pemukiman baru. Dan  apabila sebaliknya batu diteluk terempa yang dapat diempak/digigit maka terempalah yang akan dijadikan tempat pemukiman baru mereka nanti.
Setelah diadakan pertandingan makan batu itu, ternyata batu yang ada diteluk terempalah yang dapat diempak/digigit. Dengan mematahi peraturan pertandingan maka diputuskanlah bahwa terempalah sebagai pemenangnya dan disitulah dijadikan tempat pemukiman baru.
Dari asal kata terempa batu yang dipertandingkan tadi maka untuk memberi nama kampung yang baru dibangun itu disepakatilah dan diberi nama “TEREMPA” hingga sampai sekarang masih tetap abadi. Dari hari ke hari dari tahun ke tahun perkembangan dan kemajuan semakin pesat dan pengaruh pengucapan kurang enak didengar maka nama Terempa yang berubah menjadi Tarempa.
Setelah diadakan pertandingan mengempak (mengunyah) batu maka sejak itulah orang mulai merintis untuk mendirikan perkampungan baru. Sehingga sampai saat ini, rumah penduduk bermunculan bagaikan cendawan tumbuh di pinggir sungai dan ditempati ditepi – tepi pantai bahkan sampai di pegunungan sekitarnya.


B. KUNJUNGAN ORANG – ORANG KERAJAAN JOHOR
Setelah berlangsungnya pernikahan Pangeran Marta dengan Putri Seri Balau Selak, maka mereka segera mengirimkan utusannya ke kerajaan Brunai dan Kerajaan johor yang mengabarkan pernikahan tersebut.
Oleh Sultan ibrahim maka didirikanlah utusan untuk memastikannya. Sewaktu utusan itu sampai di Gunung Kute diketahuilah bahwa Pangeran Marta dengan penduduk Gunung Kute telah pindah ke perkampungan baru yaitu di Terempa sekarang. Lalu mereka pergi ke kampung Terempa untuk menjumpai Pangeran Marta. Utusan itu dipimpin oleh Upu Lima yaitu Daeng Perani, saudara dari Daeng Malewa yang diceritakan sebelumnya.
Pada mulanya orang di kampung Terempa menyangka bahwa utusan itu hendak menyerang mereka, maka segera segera diberitahukan kepada Datuk Kaye dan Pangeran Marta bahwa telah datang satu pasukan yang telah memasuki daerah mereka. Untuk itu mereka harus siap melayaninya.
Setelah perahu itu mendarat untunglah Pangeran Marta cepat mengetahui bahwa yang datang itu adalah perahu dari Johor. Kemudian Daeng Perani dan pengikutnya segera naik ke darat dan merekapun disambut dengan baik oleh Pangeran Marta dan penduduk setempat.
Sesampainya di darat utusan itu dibawa mereka menghadap Datuk Kaye. Pangeran Marta memperkenalkan mereka kepada Datuk Kaye bahwa yang datang itu utusan dari Kerajaan johor. Kemudian Daeng Perani menerangkan maksud kedatangan mereka ke kampung Tarempa ini adalah membawa pesan dari Sultan Ibrahim agar Pangeran Marta kembali ke Brunai atau ke Johor karena mereka tidak mengizinkan Ia menikah dengan anak Datuk Kaye Dewa Perkasa. Tetapi itu semua telah terjadi.
Pangeran Marta tidak mau lagi kembali ke Brunai atau ke Johor karena Ia telah betah tinggal di kampung Tarempa apalagi Ia telah menikah dan mempunyai istri yang sangat Ia cintai.
Setelah diutarakan oleh Pangeran Marta bahwa Ia tidak bisa kembali lagi ke Brunai atau ke Johor, maka utusan itupun segera kembali ke Kerajaan Johor untuk mengabarkan berita tersebut terhadap Sultan Ibrahim.
Sejak saat itu berakhirlah sengketa dan permusuhan antara Sultan Ibrahim (kerajaan Johor) dengan Datuk Kaye. Malahan kadang – kadang Pangeran Marta pergi ke Kerajaan Johor sambil membawa istri dan anak serta mertuanya Datuk Kaye Dewa Perkasa.
Jadilah kampung Terempa sebagai tempat persinggahan bagi orang – orang Johor yang akan menuju ke Brunai atau sebaliknya, bahkan ada juga yang menetap disini sehingga bertambah ramailah kampung Terempa.
Semenjak itu, mulailah orang – orang dari negara lain muncul di Terempa misalnya dari Negeri Jambi ada yang datang ke Terempa. Tentang kunjungan Daeng Perani ke Siantan ini dan daerah ini menjadi daerah takluk Kerajaan Johor. Ini dituliskan oleh Raja Ali Haji dalam bukunya “TAHPAT ANNAPIS”.

C. KEDATANGAN ORANG – ORANG BRUNAI
Setelah diketahui oleh Sultan Ahmad (Raja Brunai) bahwa anaknya Pangeran Merta telah menetap bersama lanun – lanun di laut cina selatan, maka Ia berusaha untuk membebaskan anaknya dari lanun – lanun tersebut.
Untuk itu baginda minta bantuan pada lanun – lanun dari Sulu (Fhilipina). Maka berangkatlah Hulubalang - hulubalang Kerajaan Brunai dengan lanun – lanun Sulu yang bernama “BAJAU”.
Pertama kali mereka mendarat disalah satu pulau di Kecamatan Siantan yang belum ada penghuninya dan belum ada namanya. Akhirnya pulau itu mereka beri nama Pulau Bajau yaitu Pulau Nyamuk sekarang ini. Kemudian mereka bertemu dengan orang – orang di Pulau Nunse, disana terdapat pengikut – pengikut Pangeran Merta yang telah pindah di Pulau Belibak. Tetapi orang Pulau Nunse itu menunjukkan ke arah kampung Terempa. Setibanya mereka disana, kampung mereka telah ramai dihuni orang sampan – sampan yang telah berlabuh di muara sungai dan juga telah banyak disana.
Mereka disambut baik oleh Pangeran Merta, amatlah senang hati angkatan Brunai setelah mengetahui tentang kehidupan Pangeran Merta di Terempa. Tidak lama kemudian utusan itupun segera pulang ke Brunai untuk mengabarkan berita pada Sultan Ahmad. Dengan utusan itu juga Pangeran Merta banyak pula mengirimkan barang – barang sebagai tanda kenangan kepada Ayahandanya.
Demikianlah keadaan kehidupan di kampung Terempa berjalan dengan aman dan sejahtera dbawah pimpinan Datuk Kaye Dewa Perkase dan Pangeran Merta. Sedangkan perkampungan di Gunung Kute yang telah ditinggalkan mereka tidak dibiarkan begitu saja. Sekali – kali mereka juga datang ke Gunung Kute untuk melihat – lihat keadaannya, karena disana juga merupakan tempat tinggal mereka dahulunya dan tidak mudah dilupakan begitu saja.

D. TEMPAT PEMBUANGAN ORANG – ORANG JAMBI
Banyak Negeri yang masuk kekuasaan Johor diduduki oleh Kerajaan Jambi yang akan mengadakan penyerangan terhadap Negeri Pahang, Negeri – negeri yang mereka duduki itu mereka jadikan sebagai basis pertahanan dalam penyerangan mereka nanti.
Protes – protes tentang pendudukan itu telah dilakukan oleh Sultan Ibrahim terhadap Keraajaan Jambi, namun semuanya itu tidak diindahkan oleh Raja Kerajaan Jambi.
Akhirnya Kerajaan Johor membuat pernyataan perang terhadap Kerajaan Jambi pada tahun 1685 Kerajaan Johor menyerang Negeri Jambi. Sebelum penyerangan itu berlangsung terlebih dahulu Kerajaan Johor mengadakan persiapan dengan membuka Negeri baru yaitu di Sungai Carang. Dalam penyerangan itu Kerajaan Negeri Johor dibantu oleh Kerajaan Negeri Pahang, Riau dan Lingga. Tidak ketinggalan pula Panglima Kerajaan Johor seperti Opu – opu Lima Bersaudara yang berasal dari Negeri Bugis.
Akhirnya Kerajaan Negeri Jambi dan para Hulubalang – hulubalangnya dapat dikalahkan oleh Kerajaan Negeri Johor dengan bantuan Opu – opu Lima Bersaudara yang berasal dari Negeri Bugis.
Dengan  kekalahan yang dialami Kerajaan Negeri Jambi, maka Negeri Jambi menjadi daerah kekuasaan Negeri Johor, dan oleh sebab itu setiap tahun mereka harus menyerah upeti ke Negeri Johor yang pusat pemerintahannya telah berpindah ke Negeri baru yaitu di Sungai Carang Pulau Bintan. Adapun tentang peperangan yang disebutkan dalam buku atau kitab “TAHPAT ANNAPIS” karangan Raja Ali Haji.
Untuk membalas jasanya itu, maka Sultan mengawinkan putrinya Tun Tipah dengan Daeng Parani.
Adapun Hulubalang – hulubalang Jambi itu diserahkan kepada lanun – lanun di laut cina selatan yang waktu itu dibawah kekuasaan anak saudaranya. Di masa itulah persekutuan Johor, Pahang, Riau dan Lingga menjadi Negeri yang mashyur dan mencapai puncak kejayaannya.

E. DAERAH KEKUASAAN JOHOR, PAHANG, RIAU DAN LINGGA
Atas persetujuan Datuk Kaye Dewa Perkase dan Pangeran Merta maka untuk melindungi penduduk kampung Terempa serta menjamin tali persaudaraan, Terempa dijadikan daerah Teluk Kerajaan Johor, Pahang, Riau dan Lingga pada tahun 1685.
Adapun berkat kesetiaan Opu – opu Lima Bersaudara dan keikutsertaannya lanun – lanun di laut cina selatan daerah teluk dan daerah kekuasaannya semakin luas hingga akhir hayatnya. Kemudian wafatlah Sultan Ibrahim dengan tenang dan disaksikan Opu – opu Lima Bersaudara dan juga dihadapan Ayah saudaranya yang datang dari luar lengkap dengan pengiringnya.



F. MASUKNYA ORANG – ORANG SUKU MANTANG
Setelah masuknya Terempa didalam daerah Teluk Johor, Pahang, Riau dan Lingga. Maka ramailah lalu lintas di laut cina selatan.
Pada musim timur (musim teduh) masuklah serombongan perahu yang berlayar dengan kain kuning memasuki Teluk Terempa, mereka berasal dari Mantang. Ini diketahui oleh penduduk yang berasal dari pulau – pulau di perairan, karena suku Mantang itu berada di daerah Riau.
Mereka dipimpin oleh Seorang pemimpin yang mereka sebut “BATIN”.
Batin mereka itu bernama Batin Kopak, merekalah sekarang yang disebut PESUKU (orang suku laut).  Mereka datang untuk meminta izin menyelam “LOLAK” (sejenis kerang – kerangan) dan mendirikan perkampungan diman mereka menyelam.
Hal itu diizinkan oleh Datuk Kaye Dewa Perkase dengan syarat mereka harus patuh dan taat dengan peraturan yang berlaku disana. Jika mereka dapat hasil laut sebagian harus diserahkan kepada Datuk Kaye Dewa Perkase di Terempa.
Sampai sekarang keturunan orang Mantang itu masih ada dan mendiami pulau – pulau di Siantan ini seperti di Mengkait, Air Sena, Pemutus dan sebagainya. Bahasa dan adat istiadat mereka hampir sama dengan orang – orang suku Mantang yang terdapat di perairan Riau.
Menurut ceritanya apabila mereka disuruh menghadap Datuk Kaye, Datuk Kaye cukup mengirimkan kulit kemak kepada mereka dengan menerima kulit kemak itu mereka tahulah bahwa mereka dipanggil menghadap Datuk Kaye Dewa Perkase.

G. MASUKNYA SUKU BANGSA LAIN
Adapun suku bangsa yang biasanya masuk ke daerah ini pada abad XVIII, mereka masuk ke daerah ini setelah persekutuan Johor, Pahang, Riau dan Lingga menjadi daerah takluk Belanda dan bangsa Tiongkok.
Tulisan ini hanya menceritakan tentang silsilah penduduk asli Siantan maka mengenai masuknya suku bangsa lain tidak diuraikan secara mendalam.



PERKAWINAN MENURUT ADAT MELAYU SIANTAN.
            Perkawinan dalam konsep agama samawi dan agama budaya merupakan suatu yang sakral, dan tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Melayu menurut para ahli “identik dengan Islam’. Dalam masalah perkawinan diatur dengan rapi dan mesti melalui beberapa persyaratan. Karena melayu identik dengan islam, konsekuensi logisnya suku melayu memandang perkawinan sebagai hal yang sakral pula, dan mesti melalui beberapa persyaratan.
            Menurut adat melayu Siantan sebelum perkawinan dilaksanakan ada beberapa ketentuan yang mesti dilalui diantaranya adalah sebagai berikut :
1.Merisik
Merisik dapat dikatakan sebagai “mengambil jalan atau merintis jalan” dengan kata lain merisik adalah suatu cara untuk merintis jalan dalam rangka untuk mengetahui apakah pihak perempuan sudah ada yang punya. Dalam merisik kebiasaan yang dipakai pada orang tua dahulu, yaitu mereka tinggal untuk beberapa lama dirumah orang yang dirisik.
Dalam merisik dilakukan oleh seorang perempuan yang memang dapat dipercaya. Karena dalam merisik ini jangan sampai pihak luar mengetahui.
2.Pinangan atau Meminang.
   Setelah merisik selesai dilaksanakan, dilanjutkan pada tahap berikutnya, yaitu meminang. Meminang atau melamar adalah perginya beberapa utusan dari pihak laki-laki dengan membawa tepak sirih kepada pihak perempuan untuk menentukan apakah pinangan dapat diterima atau ditolak.
Apabila pinangan diterima, maka ditentukan sekali beberapa mahar, sepersalin dan berapa sumbangan (Hantaran) dan ditentukan sekali waktu mengantar belanja.
3.Mengantar Belanja.
            Setelah acara meminang selesai, dan waktu yang ditentukan telah tiba, maka dilanjutkan dengan mengantar belanja ini ada beberapa rombongan, yaitu :
a.       Rombongan pertama membawa tepak sirih yang didampingi ketua rombongan
b.      Rombongan kedua membawa bunga rampai
c.       Rombongan ketiga membawa uang hantaran (uang sumbangan)
d.      Rombongan keempat membawa seperangkat sepersalinan
e.       Rombongan kelima adalah orang yang membawa perlengkapan lainnya sebagai untuk melengkapi hantaran tersebut.
f.       Rombongan keenam adalah ibu-ibu yang mengantar belanja/seperangkat lainnya dan diiringi oleh bapak-bapak pada urutan terakhir.
      Setelah hantaran satu persatu diterima oleh pihak calon mempelai perempuan, maka sampailah pada perjanjian. Perjanjian ini dibuat untuk menetapkan tali ikatan dari kedua belah pihak. Pada perjanjian tersebut disepakati bahwa, apabila dari pihak calon mempelai perempuan yang ingkar maka harus mengembalikan hantaran sebanyak dua kali lipat. Sedangkan apabila dari pihak calon laki-laki yang ingkar, maka semua yang telah dihantarkan menjadi milik pihak calon perempuan. Dan apabila salah seorang dari calon mempelai meninggal, maka tidak ada suatu tuntutan dan direlakan. Setelah acara mengantar belanja ini selesai baru dilakukan dengan pembacaan do’a selamat dan hidangan sekadarnya.
4.Bersandeng
            Dalam adat perkawinan melayu siantan bersandeng merupakan puncak acaranya.
Oleh sebab itu sebelum bersandeng dilaksanakan beberapa ketentuan yang harus dilaksanakan yaitu :
a.       Tentang  Pakaian
Pakaian merupakan symbol untuk menentukan daerah  asal mana yang telah melangsungkan perkawinan, sehingga orang dapat mengetahui bahwa perkawinan tersebut berasal dari daerah si A.
Begitu juga tentang pakaian bagi masyarakat melayu Siantan, khususnya dalam adat perkawinan. Dalam adat melayu siantan pakaian dalam pesta perkawinan telah ditentukan dan harus dilaksanakan oleh kedua mempelai, pakain yang harus ditentukan tersebut adalah berupa :
1.      Dari pihak mempelai laki-laki memakai jubah dan sorban yang dililit dikepala.
2.      Dari pihak mempelai perempuan memakai baju kurung dengan sanggul lipat pandan yang dihiasi dengan bunga dan ditutup dengan kain selendang berwarna polos dan dilanjutkan cacah inai.
b.      Cacah Inai
Cacah inai dalam adat perkawinan melayu siantan merupakan keharusan yang mesti dilaksanakan oleh kedua mempelai. Cacah inai ini dilaksanakan sebelum kedua mempelai bersanding, yang dilakukan pada malam hari.
Dalam cacah inai ada beberapa ketentuan yang harus dipersiapkan yaitu :
1.      Beras Kuning
2.      Beras Putih
3.      Bunga Rampai
4.      Minyak Wangi
5.      Tepung Tawar
6.      Air Bunga Mawar, dan
7.      Do’a .
Adapun jumlah orang yang telah melaksanakan cacah inai ini ditentukan oleh jumlah lilin, guna untuk mencacah inai. Jika lilin berjumlah tiga batang, maka yang mencecah inai tersebut harus berjumlah tiga orang juga. Dan jika lilin berjumlah lima batang, maka yang mencecah juga harus berjumlah lima orang. Ini diletakkan dalam piring dan diiringi oleh nyabuk.
C. Permainan-permainan dalam bersandeng.
            Sebelum pengantin laki-laki melangkah, telah dipersiapkan terlebih dahulu yaitu :
1.      Ketua jalan yang diapit oleh dua orang pesilat, dua orang mak inang, serta seorang yang membawa tepak sirih (wanita).
2.      Pengantin
3.      Peserta yang meminang dengan membawa kopor
4.      Rombongan yang menyanyi
5.      Rombongan biasa yang terdiri dari bapak-bapak dan ibu-ibu.
 Setelah semua rombongan siap maka sambil melangkah membaca shalawat 3 (tiga) kali. Setelah sampai dirumah mempelai wanita terlebih dahulu harus melewati tali Pelawe, dan disinilah fungsi kedua pesilat yang dipersiapkan oleh pihak mempelai laki-laki. Setelah tali pelawe dilewati, mempelai laki-laki belum dibenarkan untuk duduk bersanding, sebab terlebih dahulu harus berbalas pantun yang disebut dengan pantun membuka kipas (tutup muka). Setelah itu baru kedua mempelai dibenarkan untuk duduk bersanding dilanjutkan dengan mandi sampat.
D.mandi Sampat
Upacara mandi sampat dilakukan setelah kedua mempelai melangsungkan perkawinan selama tiga hari. Upacara mandi Sampat ini hakekatnya mencerminkan rasa syukur atas berlangsungnya perkawinan dan tanda telah bersatunya pasangan suami-istri.
Mandi Sampat ini hanya untuk diperuntukan bagi keluarganya saja. Kedua mempelai dipersandingkan dan setelah ditepung tawari barulah keduanya dimandikan bersama. Mula-mula keduanya disiram dengan air bedak langir, kemudian barulah dibilaskan dengan air bersih dan air tolak bala. Bersamaan itu juga diadakan permainan tarik-menarikketupat lepas sambil sembur-menyembur air dari mulut masing-masing. Setelah selesai keduanya, digantilah pakaiannya dengan pakaian yang kering. Kemudian keduanya disarungkan dengan selembar kain panjang, seterusnya diedarkan sebuah talam yang isinya kelapa bulat, benang tukal, lilin dan cermin mengitari kedua mempelai sebanyak tiga kali dan melangkah benang sebanyak tiga kali pula. Habis mandi sampat keduanya didandan kemudian disandingkan lagi. Usai bersanding kedua mempelai bersalam-salaman atau menyembah ibu bapaknya dan sanak family yang hadir.
            Pada waktu acara mandi sampat biasanya suasana dimeriahkan dengan acara siram-menyiram air diantara yang hadir pada waktu perkawinan itu.





5.Berambeh
            Setelah tiga malam mempelai laki-laki menginap dirumah mempelai perempuan, berikutnya kedua mempelai dibawa kerumah orang tua mempelai laki-laki untuk bermalam disana. Selesai acara berambih yang merupakan acara terakhir pada acara perkawinan menurut adat melayu Siantan. Maka selesai pulalah semua kegiatan dengan ditutup membacakan doa tolak bala dan do’a selamat.



















SEJARAH KERAMAT PULAU SIANTAN
A.KERAMAT PULAU SIANTAN
Kecamatan Siantan adalah salah satu kecamatan yang termasuk dalam gugusan Pulau Tujuh yang terletak di Laut Cina Selatan dengan ibukotanya Terempak.
Pada masa pemerintahan Datuk Kaye Dewa Perkase, ada seorang kepala Lanun yang menjadi tangan kanannya. Namanya Nakhoda Alang, ia adalah Panglima Kerajaan Johor yang berkhianat kepada Sultan dengan cara bersekutu dengan lanun-lanun Laut Cina Selatan.
Sewaktu Pengkhianatannya diketahui oleh Sultan, maka ia melarikan diri mengikuti lanun-lanun Laut Cina Selatan yang menyerang pantai Negeri Johor, tetapi dapat dikalahkan oleh Laksamana Johor. Maka sejak saat itu Nakhoda Alang mengikuti terus lanun itu ke Gunung Kute dan menetap disana.
Kemudian oleh Datuk Kaye Dewa Perkase, ia diangkat menjadi salah seorang kepala dan akan memimpin lanun-lanun itu untuk mengadakan aksi perampokan selanjutnya.
Di lain pihak (pihak Kerajaan Johor), telah mempersiapkan diri untuk mengadakan penumpasan terhadap lanun-lanun yang telah bersekutu dengan Nakhoda Alang. Untuk itu Sultan Johor meminta bantuan kepada Opu-opu Lima Bersaudara yang berasal dari Bugis, yaitu :
1.      Daeng Marewa
2.      Daeng Penambun
3.      Daeng Perani
4.      Daeng Kemas
5.      Daeng Mampawa.
Oleh Opu-opu Lima Bersaudara itu, tugas penumpasan diserahkan kepada Daeng Marewa.
Kisah ini ada dituliskan oleh Bapak Muhammad Thalib dalam buku PERCIKAN SEJARAH RIAU yang bersumber dari Kitab Silsilah Melayu Bugis, karangan Raja Ali Haji         (Pengarang Gurindam Dua Belas) yang terkenal hingga sekarang.
Dalam penjelasan buku Percikan Sejarah Riau itu, ada menceritakan tentang Nakhoda Alang sewaktu ia memimpin perampokan di Laut Cina Selatan.
Waktu itu mereka bertemu dengan pasukan Kerajaan Johor yang di Pimipin oleh Daeng Marewa. Hingga terjadilah pertempuran antara lanun-lanun Laut Cina Selatan dengan pasukan Kerajaan Johor dibawah pimpinan Daeng Marewa.
Dalam pertempuran itu, Nakhoda Alang tewas. Akhirnya para lanun itu melarikan diri membawa pulang mayat Nakhoda Alang.
Sewaktu mengetahui Nakhoda Alang telah tewas oleh pasukan Kerajaan Johor, bukan main sedihnya Datuk Kaye Dewa Perkase. Kemudian Datuk Kaye memerintahkan kepada para pengikutnya untuk membuat kubur Nakhoda Alang lebih besar dari pada kuburan lanun - lanun lainnya, serta kuburannya harus dimuliakan.
Menurut kebiasaan para lanun itu, apabila ada diantara mereka yang meninggal dalam melakukan aksinya (merampok), maka mayatnya harus dibawa pulang dan dikuburkan berbeda dari orang-orang yang mati secara biasanya, yakni di Pulau “KERAMAT PULAU SIANTAN” sekarang. Mereka menganggap yang mati sebagai Pahlawan sehingga kuburannya dihormati dan dimuliakan serta dianggap sebagai keramat.
Kuburan Nakhoda Alang yang terdapat di Pulau Keramat Siantan itu letaknya diantara Kampung Air Nangak dengan Kampung Teluk Sunting, yaitu sebuah pulau kecil yang terpisah dengan Pulau Matak. Pulau itulah yang  sekarang dikenal orang atau yang disebut orang dengan KERAMAT SIANTAN, yang sering diziarahi orang-orang hingga sekarang ini. Disana masih terdapat bukti nyata yang berupa kuburan yang masih utuh. Itulah kuburan para Lanun Gunung Kute yang tewas sewaktu merampok di laut.
Diantara sekian banyak kuburan disitu, hanya sebuah kuburan saja yang dianggap keramat, yaitu kuburan yang paling besar dari pada kuburan yang lainnya. Kuburannya bertembok dengan batu karang setinggi lebih kurang 70 cm. Itulah kuburan Nakhoda Alang yang disebut Keramat Pulau Siantan.

B.MENDIRIKAN BENTENG PERTAHANAN.
Sejak kematian Nakhoda Alang untuk menjaga segala kemungkinan yang terjadi, yaitu dikhawatirkan akan adanya penyerangan dari Kerajaan Johor atau dari Kerajaan lainnya. Maka Datuk Kaye memerintahkan kepada pengikutnya untuk mendirikan Benteng Pertahanan di Puncak Gunung Kute.
Disamping sebagai Benteng Pertahanan, sekaligus sebagai tempat tinggal Datuk Kaye beserta keluarganya. Benteng itu dikerjakan oleh para lanun-lanun beserta para tawanannya. Benteng itu terbuat dari batu karang yang diambil dari laut.
Dari puncak gunung itu terlihat dengan jelas ke laut lepas dan sangat bagus dijadikan tempat pengintaian musuh atau lawan.
Setelah benteng selesai dibangun, Datuk Kaye beserta keluarganya dan juga lanun-lanun tinggal disana. Selama bertahun-tahun tinggal disana, penyerangan yang dikhawatirkan tidak juga datang.
Lama-kelamaan menghuni disana semakin bertambah ramai dan juga Putri Sri Balau Salak, yaitu Putri dari Datuk Kaye semakin bertambah dewasa serta bertambah cantik. Hal ini diterima dengan baik oleh Datuk Kaye Dewa Perkase.
Peninggalan benteng dan perkampungan di Gunung Kute sampai sekarang masih ada berupa puing-puing saja seperti batu-batu dan tidak terpelihara dengan baik.
Disana juga terdapat pohon-pohon kelapa dan pohon-pohon sagu yang posisi penanamannya serumpun-serumpun, seolah-olah memang diatur letaknya. Kemudian terdapat pula sebuah gua yang sepi jalan masuknya, disampingnya terdapat pohon balau yang batangnya mempunyai sebuah kamar berpetak-petak. Didalamnya tedapat bentuk-bentuk piring-piring, mangkok, sendok, mogol ( sejenis kuali besar ) yang biasa digunakan orang untuk memasak nasi atau air pada upacara perkawinan dan banyak lagi yang lainnya yang semuanya telah menjadi batu.
Dipuncak Gunung Kute itu juga terdapat sebidang tanah yang banyak kuburan, salah satu diantaranya ada yang agak besar yang diperkirakan kuburan istri para lanun. Nisannya berbentuk nisan perempuan, terbuat dari batu karang yang mirip dengan nisan di perkuburan Keramat Pulau Siantan.

C.PEKERJAAN MERAMPOK TERHENTI.
Mengingat usia Datuk Kaye Dewa Perkase sudah semakin tua dan yang akan mengepalai perampokan telah meninggal yaitu Nakhoda Alang, maka sudah tudak ada lagi yang memimpin para lanun itu untuk pergi merampok ke laut. Lagi pula harta rampasan telah banyak, maka Datuk Kaye Dewa Perkase melarang para pengikutnya ( Lanun ) pergi merampok. Mereka disuruh oleh Datuk Kaye Dewa Perkase menjaga kampung mereka saja. Apabila ada musuh yang akan mengganggu barulah mereka melawan mati-matian demi menjaga keamanan kampung halaman mereka.
Sejak itu nereka mulai bertani menanam sagu, kelapa, dan lain-lainnya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Bila angin teduh dan cuaca baik baru mereka pergi ke laut mencari ikan dan hasil laut lainnya.
Demikianlah kehidupan mereka dari hari ke hari semakin baik.




PENUTUP
Berdasarkan cerita yang telah diuraikan diatas maka penulis dapat mengambil suatu kesimpulan, bahwa :
Penduduk asli Siantan ini terdiri dari orang – orang yang berasal dari :
1.      Lanun – lanun Kamboja dan para tawanannya yang berasal dari :
-          Pesisir Timur Semenanjung Malaysia
-          Singapura
-          Dan pulau – pulau di perairan Bintan
2.      Orang – orang dari Kerajaan Brunai
3.      Orang – orang dari Kerajaan Jambi.

Nama kota ini sebenarnya adalah “TEREMPAK” berasal dari kata terempak (mengempak, menggigit atau mengunyah). Karena mengalami perkembangan zaman sehingga kata Terempak berubah menjadi “TEREMPA”.
Tentang bukti peninggalan sejarah masih ada sampai sekarang baik yang berupa benda maupun kebudayaan.
Peninggalan yang berupa benda atau barang yang masih ada sampai sekarang yaitu :
1.      Adanya tanda – tanda yang ada di Gunung Kute
2.      Adanya kuburan Keramat di Pulau Siantan
3.      Masih adanya keturunan orang suku laut (Pesuku)
4.      Kuburan di Pulau Nunse.
Peninggalan yang berupa kebudayaan yaitu :
1.      MENDU : yang berasal dari perairan Brunai
2.      GENDANG SIANTAN : semuanya sama dengan irama gendang Brunai
3.      NYAMBUK : tari topeng yang menjadi tari rakyat Kamboja
4.      ZAPIN : tari lanun (bajak laut)
5.      HADRAH : berasal dari Brunai
6.      GASING : permainan rakyat Brunai
7.      JOGET : permainan orang Semenanjung
8.      PANTUN KATA : permainan anak asli Siantan yang sama dengan bangsa Brunai.


DAFTAR PUSTAKA

THALIB – MUHAMMAD :
            “Percikan Sejarah Riau”, 1685
 RAJA ALI HAJI
            “Gurindam Dua Belas”
JUNUS – HASAN
            “Sejarah Ringkas Daerah Riau”
POSAN - Tanjung Lambai
            “Sebagai sumber Asal mula Nama Terempak”, 2003
KADE - Desa AIR NANGAK (Almarhum)
            “Sebagai Sumber Sejarah Keramat Pulau Siantan”, 2002
SMP NEGERI 2 SIANTAN
            “Sumber Buku Sejarah Keramat Pulau Siantan dan Asal Nama Terempak”, 1998
MASYARAKAT KABUPATEN ANAMBAS
            “Selaku sumber wawancara tentang Sejarah Keramat Pulau Siantan dan Asal nama Terempak”, 2006
LEMBAGA ADAT MELAYU SIANTAN
            “Perkawinan Adat Melayu Siantan”, 1998
PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU
            “Sumber Kepulauan Riau secara Geografisnya”, 2009
           

             

RIWAYAT SINGKAT PENULIS
Nama                                      : LIONARDO
T.t.l                                          : TEREMPAK, 29-01-1985
Agama                                                : BUDHA
Desa                                        : AIR SENA
Pendidikan Lulusan               :  SD Negeri 1 Siantan
  SMP Negeri 1 Siantan
 SMA Negeri 1 Siantan
Kuliah                                     : Universitas Tarumanagara Jakarta
Jurusan                                  : HUKUM S1
Angkatan                                : 2006
Pekerjaan                               : Mahasiswa
Organisasi                              : Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia
                                                 (Marhaenisme)
Motto                                       : “PEJUANG – PEMIKIR
   PEMIKIR – PEJUANG”
Saya anak kedua dari empat bersaudara yaitu :
-          Rikardo
-          Lionardo
-          Shinta
-          Try widodo
Anak dari :
-         Bapak Sen-Sen/Selamat 
-         Ibu Koko.







2 komentar:

  1. Salam sejahtera,
    Leo, saye nak betanyak, di Siantan dskt. pernah dak Leo tau nama orang yang bergelar ABANG (laki2) dan YANG (perempuan) ? .. Kalau dari Serawak/Brunei/Pontianak, perempuannya DAYANG ..

    Trims, Abang Efran, dari Bangka propinsi Kepulauan Bangka Belitung.

    BalasHapus
  2. Izin share ye bang, supaye kami sebagai anak asli Anambas, tau asal muasal Anambas

    BalasHapus