Jumat, 03 Desember 2010


Bagi Suku Dayak, Senjata merupakan Kehormatan Diri
BAGI masyarakat Dayak, senjata bukan semata-mata untuk berburu, tetapi sekaligus merupakan kehormatan diri. Karena itu, jangan coba-coba menganggap enteng senjata, misalnya memotong apalagi sengaja menginjak-injak. Perbuatan itu bisa dianggap penghinaan.
"Memang tidak akan menimbulkan konflik berkepanjangan karena masyarakat Dayak pada dasarnya sangat mencintai perdamaian. Namun, pelakunya bisa dituntut dalam suatu rapat adat dan dikenai sanksi," ungkap Yosef Lie Aran, Kepala Adat Dayak Bahau, Kampung Long Bagun Ilir, yang bermukim di hulu Sungai Mahakam.
Bukan cuma sumpit atau sipet yang menjadi senjata khas masyarakat Dayak dan dimiliki setiap keluarga, tetapi masyarakat asli Pulau Kalimantan ini juga memiliki beragam senjata dengan kegunaan masing-masing.
Sumpit yang panjangnya setinggi orang dewasa, misalnya, merupakan senjata khas yang digunakan untuk berburu dan sebelum tahun 1900-an digunakan untuk berperang. Alat utamanya anak sumpit (damek) yang beracun dan warna racunnya bisa berwarna putih, merah, kuning, dan hitam.
Di bagian ujungnya terkadang diberi mata tombak (lonjo) yang berfungsi sebagai senjata darurat jika hewan yang diburu tidak langsung mati, tetapi balik menyerang. Senjata yang sangat ampuh ini terbuat dari besi dan diikat dengan menggunakan rotan.
Selain itu, biasanya dibawa pula mandau berupa senjata mirip parang, tetapi pasti berukir atau ditatah di salah satu sisinya. Mandau yang asli terbuat dari batu gunung yang dilebur khusus oleh ahlinya dan hiasannya diberi sentuhan emas, perak, atau tembaga. Tidak heran jika kemudian, harga mandau asli sangat mahal karena pembuatannya membutuhkan kehati-hatian dan kecermatan yang sangat tinggi.
"Mandau yang dijual di pasaran, umumnya dibuat dari besi dan secara adat maknanya kurang," tutur Ferain Mora, Kepala Adat Dayak Maanyan, Kalimantan Tengah.
Pegangan mandau biasanya dibuat dari tanduk rusa atau kayu kualitas nomor satu yang diukir. Di ujungnya ditempatkan pula beberapa helai rambut manusia.
Sarung mandau juga diukir khas Dayak yang sangat indah serta dianyam rotan Kalimantan. Sebagai hiasan, biasanya ditempatkan bulu burung baliang, burung tanyaku, serta manik-manik yang indah dan tak lupa diselipkan jimat. Di sarungnya biasanya ditempatkan pisau kecil berukuran sekitar 10 sentimeter yang sangat tajam dan diberi nama langgai kuai.
Sebagai pertahanan diri, biasanya dibawa pula perisai (telawang) yang terbuat dari kayu ringan, tetapi sangat liat. Panjangnya sekitar satu meter dan lebarnya 30-50 sentimeter. Selin itu, senjata itu berguna untuk membela diri dari senjata-senjata musuh, seperti mandau, tombak, dan sumpit.
Karena perang antar subetnis sudah lebih dari 100 tahun tidak pernah terjadi lagi di Kalimantan, dewasa ini perisai jarang digunakan untuk keperluan sehari-hari, kecuali tombak, mandau, dan sumpit.
Meski demikian, bukan berarti boleh meremehkan senjata suku Dayak, sebab sekali lagi, senjata bagi masyarakat Dayak merupakan lambang kehormatan diri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar